Sabtu, 27 Maret 2010

Secercah Inspirasi


Mengapa dalam waktu yang sama, ada mahasiswa yang sukses namun ada pula yang gagal? Di satu pihak, ada mahasiswa yang tidak serius kuliah, pengalaman orgaisasi kurang, bahkan merepotkan kedua orang tuanya. Namun di lain pihak, ada seorang mahasiswa yang begitu produktif, degan usia yang relatif masih sangat muda ia melesat degan segudang prestasi, degan IPK memuaskan, namun tetap rendah hati.

Atau pernahkah kita melihat fenomena di bawah ini :
Ada ahasiswa yang study oriented saja. Masa produktifnya dihabiskan hanya untuk berkutat dengan diktat-diktat perkuliahan dan mendapatkan nilai perfect di setiap mata kuliah yang diambilnya. Ia merasa risih dengan teman-teman yang senang berorganisasi yang menurutnya tidak penting.
Di lain pihak, ada mahasiswa yang begitu hobi berorganisasi, hingga tak jarang oraganisasi menjadi tempat pelarian karena merasa nilai akademisnya ‘hancur’. Ia nyaris mempunyai slogan “Biarlah menjadi mahasiswa abadi, yang penting banyak koneksi. Jangan sampai urursan akademis mengganggu organisasi”.
Ada pula tipe mahasiswa yang bisa sukses di bidang akademis dan organisasi, namun sayang masih meminta segala sesuatunya kepada orang tua. Padahal saat keluar dari dunia perkuliahan, ia dipaksa memilih beberapa opsi ini: berwirausaha, melanjutkan S2 atau berkompetisi dengan ribuan sarjana yang berebut untuk menjadi karyawan di sebuah perusahaan tertentu, atau untuk kita yang di NTB ‘Jadi PNS’. Terlepas dari apapun pilihannya, jika jiwa kemandirian tidak dipupuk sejak dini, kuliah hanya cukup dihargai dengan selembar IJAZAH sarjana saja.

Fenomena lainnya, adapula mahasiswa yang nampaknya sukses dengan segudang presatasi namun hatinya tetap merasa hampa, penyebabnya, karena ia belum menemukan hakikat kesuksesan sebenarnya. Yaitu saat ia mendapatkan mata air spiritualnya. Karena sejatinya, kesuksesan hakiki adalah saat kita dekat dengan sumber kesuksesan yang hakiki, Allahu Rabbi.
Lalu apa rahasia yang membuat beberapa mahasiswa dapat sukses di semua peran kehidupannya? Ternyata, mereka semua mempunyai success habits yang meliputi cara berfikir, cara merasa dan cara bersikap tertentu hingga terkristalisasi menjadi success character.
Setidaknya ada 5 pondasi dasar yang menyokong kesuksesan mereka, yaitu : Kekuatan spiritual (Spiritual Power) yang membuatnya tetap berada di puncak kesuksesan sejati, kekuatan emosional (Emotional Power) yang menjadikannya mampu beradaptasi dengan diri dan lingkungannya, kekuatan finansial (Financial Power) yang mempertahankan ‘izzah (kehormatan dirinya). Kekuatan intelektual (Intellectual Power) yang mendasari setiap keputusannya, dan kekuatan aksi (Action Power) yang menjadikannya seorang pemenang bukan pecundang, pemimpin bukan pemimpi.
5 Pondasi dasar inilah yang menjadi bahan baku kesuksesan mereka. Dengan mengelola energinya secara tepat dan seimbang untuk setiap peran kehidupannya, ia mampu sukses di bidang apapun yang ia ambil.
Ada sebuah pepatah mengatakan “Kelelahan kita adalah kumpulan-kumpulan energi untuk melintasi kelelahan berikutnya. Hingga kita tidak pernah lelah, bahkan lelah telah lelah mengejar kita”.
Allah SWT berfirman, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al insyirah :5-8)

Kesuksesan sejati adalah saat kita dekat dengan sang maha pemberi kesuksesan, dialah Allah SWT, pemilik jagat raya dan seluruh isinya. Yang selalu hidup dan setiap saat tidak pernah lengah dengan apa yang kita kerjakan. Dialah yang mempergilirkan yang mati dengan yang hidup. Yang menumbuhkan bunga-bunga yang telah mati, yang memberikan makanan dan minuman agar kita bersyukur dan mentafakuri semua ayat-ayatnya baik ayat kauniah maupuan ayat kauliah.

Secercah Inspirasi


Mengapa dalam waktu yang sama, ada mahasiswa yang sukses namun ada pula yang gagal? Di satu pihak, ada mahasiswa yang tidak serius kuliah, pengalaman orgaisasi kurang, bahkan merepotkan kedua orang tuanya. Namun di lain pihak, ada seorang mahasiswa yang begitu produktif, degan usia yang relatif masih sangat muda ia melesat degan segudang prestasi, degan IPK memuaskan, namun tetap rendah hati.

Atau pernahkah kita melihat fenomena di bawah ini :
Ada ahasiswa yang study oriented saja. Masa produktifnya dihabiskan hanya untuk berkutat dengan diktat-diktat perkuliahan dan mendapatkan nilai perfect di setiap mata kuliah yang diambilnya. Ia merasa risih dengan teman-teman yang senang berorganisasi yang menurutnya tidak penting.
Di lain pihak, ada mahasiswa yang begitu hobi berorganisasi, hingga tak jarang oraganisasi menjadi tempat pelarian karena merasa nilai akademisnya ‘hancur’. Ia nyaris mempunyai slogan “Biarlah menjadi mahasiswa abadi, yang penting banyak koneksi. Jangan sampai urursan akademis mengganggu organisasi”.
Ada pula tipe mahasiswa yang bisa sukses di bidang akademis dan organisasi, namun sayang masih meminta segala sesuatunya kepada orang tua. Padahal saat keluar dari dunia perkuliahan, ia dipaksa memilih beberapa opsi ini: berwirausaha, melanjutkan S2 atau berkompetisi dengan ribuan sarjana yang berebut untuk menjadi karyawan di sebuah perusahaan tertentu, atau untuk kita yang di NTB ‘Jadi PNS’. Terlepas dari apapun pilihannya, jika jiwa kemandirian tidak dipupuk sejak dini, kuliah hanya cukup dihargai dengan selembar IJAZAH sarjana saja.

Fenomena lainnya, adapula mahasiswa yang nampaknya sukses dengan segudang presatasi namun hatinya tetap merasa hampa, penyebabnya, karena ia belum menemukan hakikat kesuksesan sebenarnya. Yaitu saat ia mendapatkan mata air spiritualnya. Karena sejatinya, kesuksesan hakiki adalah saat kita dekat dengan sumber kesuksesan yang hakiki, Allahu Rabbi.
Lalu apa rahasia yang membuat beberapa mahasiswa dapat sukses di semua peran kehidupannya? Ternyata, mereka semua mempunyai success habits yang meliputi cara berfikir, cara merasa dan cara bersikap tertentu hingga terkristalisasi menjadi success character.
Setidaknya ada 5 pondasi dasar yang menyokong kesuksesan mereka, yaitu : Kekuatan spiritual (Spiritual Power) yang membuatnya tetap berada di puncak kesuksesan sejati, kekuatan emosional (Emotional Power) yang menjadikannya mampu beradaptasi dengan diri dan lingkungannya, kekuatan finansial (Financial Power) yang mempertahankan ‘izzah (kehormatan dirinya). Kekuatan intelektual (Intellectual Power) yang mendasari setiap keputusannya, dan kekuatan aksi (Action Power) yang menjadikannya seorang pemenang bukan pecundang, pemimpin bukan pemimpi.
5 Pondasi dasar inilah yang menjadi bahan baku kesuksesan mereka. Dengan mengelola energinya secara tepat dan seimbang untuk setiap peran kehidupannya, ia mampu sukses di bidang apapun yang ia ambil.
Ada sebuah pepatah mengatakan “Kelelahan kita adalah kumpulan-kumpulan energi untuk melintasi kelelahan berikutnya. Hingga kita tidak pernah lelah, bahkan lelah telah lelah mengejar kita”.
Allah SWT berfirman, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al insyirah :5-8)

Kesuksesan sejati adalah saat kita dekat dengan sang maha pemberi kesuksesan, dialah Allah SWT, pemilik jagat raya dan seluruh isinya. Yang selalu hidup dan setiap saat tidak pernah lengah dengan apa yang kita kerjakan. Dialah yang mempergilirkan yang mati dengan yang hidup. Yang menumbuhkan bunga-bunga yang telah mati, yang memberikan makanan dan minuman agar kita bersyukur dan mentafakuri semua ayat-ayatnya baik ayat kauniah maupuan ayat kauliah.